Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk bermental jumud,
konservatif dan mandek. Bahkan para pejalan Ilmu kebanyakan juga mandek di
batas kebenarannya masing-masing. Seakan-akan kebenaran bisa rasional untuk
berasal-usul dari diri manusia, sedangkan manusia itu sendiri berasal-usul
tidak dari dirinya sendiri. Juga seolah-olah perjalanan manusia bisa tiba di
ujung kebenaran, bisa mencapai sempurnanya kebenaran. Seandainya Tuhan tidak
pernah menyatakan bahwa “kebenaran berasal-usul dari-Ku”. Andaikan manusia
tidak pernah sampai pada penghayatan hakiki bahwa tidak mungkin “kebenaran
sejati” bersemayam pada diri manusia–sangatlah tidak memenuhi hukum akal sehat
bahwa manusia merasa di dalam dirinya termuat hulu dan hilirnya kebenaran.
Manusia tidak kunjung mengerti puasa kemakhlukannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar