Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk bermental jumud,
konservatif dan mandek. Bahkan para pejalan Ilmu kebanyakan juga mandek di
batas kebenarannya masing-masing. Seakan-akan kebenaran bisa rasional untuk
berasal-usul dari diri manusia, sedangkan manusia itu sendiri berasal-usul
tidak dari dirinya sendiri. Juga seolah-olah perjalanan manusia bisa tiba di
ujung kebenaran, bisa mencapai sempurnanya kebenaran. Seandainya Tuhan tidak
pernah menyatakan bahwa “kebenaran berasal-usul dari-Ku”. Andaikan manusia
tidak pernah sampai pada penghayatan hakiki bahwa tidak mungkin “kebenaran
sejati” bersemayam pada diri manusia–sangatlah tidak memenuhi hukum akal sehat
bahwa manusia merasa di dalam dirinya termuat hulu dan hilirnya kebenaran.
Manusia tidak kunjung mengerti puasa kemakhlukannya
Rabu, 30 Mei 2018
Telaga Cahaya
Setiap kali Markesot selesai melantunkan satu ayat, muncul sejumlah anak panah dari seluruh arah, menancap ke badannya. Markesot ambruk. Tak bisa mempertahankan diri. Terkadang telentang, saat lain tengkurap, terjungkal, terjerembab, meringkuk.
Tapi selalu juga ia menggeliat dan berusaha bangun kembali. Ia membaca lagi, ditaburi panah-panah lagi, terjatuh lagi, bangun lagi, membaca lagi, terjengkang lagi, bangkit lagi, membaca lagi…
أَعُوْذُبِالّٰلهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الّرَجِيْمِ الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِالنَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر
وَإِن يُرِيدُوا أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ ۚ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر
لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أَوْ مِن وَرَاءِ جُدُرٍ ۚ بَأْسُهُم بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ ۚ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ
لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ۘ وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ. خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ.
لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ. يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ. فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ. اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ. أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ
لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَكَ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَب
Markesot mengucapkan “Shadaqallahul’adhim” dalam posisi bersujud, lemah dan tak berdaya. Dengan ribuan anak panah yang menancap, menutupi dan menenggelamkan seluruh keberadaannya. Kemudian bersama dua orang di kanan kirinya, pelan-pelan semakin sirna lagi karena dilingkupi oleh semacam gulungan-gulungan asap putih. Maha Suci Allah, ternyata itu bukan telaga kaca, bukan pula air, melainkan cahaya.
Mereka bertujuh terloncat mendekat ke arah telaga. Tak sengaja tampak di bawah permukaan air telaga itu seperti gambar kedalaman Bumi, dengan lempengan-lempengan yang bergerak, berdesakan, saling menekan, saling mematahkan dan, saling meremuk.
Pakde Tarmihim berdesis: “Ya Allah ampunilah hamba, sudah setua ini, menyentuh satu huruf dari Iqra`pun belum…”.
Kemudian kepada anak-anak muda itu ia berkata: “Anak-anakku, sudah cukup lama kita selalu belajar bersama. Tampaknya dari Sinau Bareng itu terdapat hal-hal yang masing-masing kita perlu mempelajarinya sendiri-sendiri”.
“Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian pada diri mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya” [1] (Ali-‘Imran: 19).
“Ayo kita mulai kembali mengislami hidup kita”, sambung Pakde Tarmihim.
Ketika akhirnya mereka kembali dan tiba di rumah Sundusin, terdengar suara orang mengorok sangat keras. Ternyata Markesot sedang tidur sangat pulas.
Jombang, 3 Maret 2018
Langganan:
Postingan (Atom)